Jumat, 06 Januari 2012

Hidup yang JOMPLANG


Paham kenapa saya buat tulisan dgn judul hidup yg JOMPLANG ?
Anda tau kenapa? Akan saya jelaskan sedikit tentang apa yg saya perhatikan di Negeri yg sama-sama kita cintai ini.

Memang benar hidup itu seperti roda yg berputar, kadang dalam masa kejayaan kita, mudah lupa dengan apa yg sedang terjadi di bawah kita. Sibuk mempertahankan harta dan tahta. Membuang uang untuk barang dengan merk yg di akui dunia. Meminta pengakuan bahwa dengan uang yg berlimpah kita menjadi di hormati di khalayak ramai. Padahal kita lupa, bahwa kita adalah manusia yg selalu merasa haus...
Tapi, saya lebih memilih hidup ini seperti sebuah Jungkat-jungkit, anda tau? Itu adalah permainan semasa anda Tk. Dimana yg mayoritas di bawah, dan minoritas berada di atas. Tak ada yg berubah. Memang begitulah cara bermain nya...

Seperti saat ini, saat kaum minoritas yg malah berada di atas, mereka yg kaya, akan semakin kaya. Jabatan yg di sediakan pun hanya berada pada lingkaran mereka. Lalu bagaimana tukang cendol bisa jd menteri dengan keterbatasan yg mereka miliki??

Tolong di camkan: bahwa, mereka yg berada di bawah sekarang BUKANLAH mereka yg tidak pintar. Tapi mereka tidak memiliki celah untuk masuk ke lingkaran minoritas... Si kaya dengan uang nya yg berlimpah, ingin menambah pundi-pundi uang mereka. Memutar otak untuk membuat bisnis baru dan agar uang mereka berputar. Salahkah? Tentu tidak, tidak ada yg salah dengan itu semua. Adalah tugas mereka menjaga amanat yg sudah di anugerahkan kepada mereka.
Tapi saya cukup miris melihat situasi yg semakin JOMPLANG ini...
Si miskin dengan ketidak berdayaan nya berusaha mengais rupiah demi rupiah untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka dan berfikir betapa beruntungnya si Kaya yg sibuk mengais rupiah untuk membeli berlian. Entah ini yg nama nya takdir, atau memang tingkat usaha mereka yg berbeda-beda. Tapi ternyata kaum mayoritas di Negeri ini adalah mereka yg hidup di tingkat menengah kebawah...

That's GREAT! Sampai kapanpun jungkat-jungkit itu adalah permainan si mayoritas dan minoritas. Tidak akan pernah balance...

NB: Note ini terinspirasi dari keadaan seorang ibu hamil di Bali, yg anaknya tidak dapat di ambil hanya karena uang persalinan nya belum di tebus, sementara sang anak sudah berada kurang-lebih 2 minggu tanpa bisa di temui ibu nya. Ia mengaku tak ada yg dapat ia lakukan karena keterbatasan ekonomi. Dan yg kedua, seorang anak di Semarang yg ditemukan pingsan di pinggir jalan. Ia mengaku tidak makan selama 5 hari, alasan apa lagi kalau bukan karena ia tidak memiliki uang sepeserpun. Sementara, si Gayus, beberapa jendral, dan banyak orang-orang minoritas itu sibuk meraup uang negara ini tanpa AMPUN...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar