1.
Tema
Hard skill.
I.
Latar Belakang.
Adalah suatu realita bahwa pendidikan
di Indonesia lebih memberikan porsi yang lebih besar untuk muatan hard skill,
bahkan bisa dikatakan lebih berorientasi pada pembelajaran hard skill saja.
Pada proses rekrutasi karyawan, kompetensi teknis dan akademis (hard skill)
lebih mudah diseleksi. Kompetensi ini dapat langsung dilihat pada daftar
riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi dan ketrampilan yang dikuasai.
Saat rekrutasi karyawan, perusahaan cenderung memilih calon yang memiliki
kepribadian lebih baik meskipun hard skillnya lebih rendah. Alasannya sederhana
: memberikan pelatihan ketrampilan jauh lebih mudah daripada pembentukan
karakter. Bahkan kemudian muncul tren dalam strategi rekrutasi „ Recruit for
Attitude, Train for Skill“. Hal tersebut menunjukkan bahwa : hard skill
merupakan faktor penting dalam bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam
bekerja biasanya lebih ditentukan oleh soft skillnya yang baik. Psikolog
kawakan, David McClelland bahkan berani berkata bahwa faktor utama keberhasilan
para eksekutif muda dunia adalah kepercayaan diri, daya adaptasi, kepemimpinan
dan kemampuan mempengaruhi orang lain.
Pendidikan Hard Skill??? Benar
benar mengagetkan dunia pendidikan di Indonesia ketika diumumkan hasil
penelitian dari Harvard University, Amerika Serikat (AS). Penelitian itu
mengungkapkan bahwa kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh
pengetahuan dan keterampilan teknis (hard skill), tetapi oleh keterampilan
mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan,
kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% dengan hard skill dan sisanya 80%
dengan soft skill.
Kalau realitas itu kita jadikan acuan untuk melihat pendidikan di Indonesia sungguh memprihatinkan. Pendidikan kita ternyata masih berkutat pada pendidikan gaya hard skill saja.
Kalau realitas itu kita jadikan acuan untuk melihat pendidikan di Indonesia sungguh memprihatinkan. Pendidikan kita ternyata masih berkutat pada pendidikan gaya hard skill saja.
Misalnya, sudah lama pendidikan di
Indonesia digugat gara-gara tidak memberikan perangkat praktis kepada anak
didik (hard skill), dan hanya berkutat pada masalah teoritis. Jadi, seolah
pendidikan kita hanya berorientasi pada hard skill saja, bahkan 100%. Memang,
kalau ditanyakan pada kalangan pendidikan, pendapat ini akan disalahkan. Mereka
umumnya juga memberikan pelajaran bagaimana mengelola diri dan berhubungan
dengan orang lain pada anak didik. Tetapi, ini hanya terjadi pada kasus per
kasus. Artinya, muatan soft skill dalam kurikulum belum kelihatan, untuk tak mengatakan
tidak ada sama sekali.
Hard skills merupakan penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang
ilmunya. Contoh kemampuan hardskill adalah keterampilan teknis seperti
keuangan, komputer, kualitas, atau keterampilan perakitan. Hardskill dapat
dilihat/diukur dari riwayat pendidikan.
II.
Kesimpulan.
Pendidikan
hard skill seharusnya bias lebih di kembangkan, karena selain soft skill hard
skill juga di butuhkan dalam dunia pekerjaan. Hardskill adalah keterampilan
teknis yang melekat atau dibutuhkan untuk profesi tertentu. Contoh: insinyur
mekanik membutuhkan keterampilan bekerja dengan permesinan, programmer harus
menguasai teknik pemrograman dengan bahasa tertentu.
III.
Daftar Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar